Jumat, 30 Mei 2014

CERPEN "RINDU"


Kita dipertemukan tanpa kalimat. Namun anggota badan penuh isyarat, tatap mata mengatakan “Perasaanku padamu tiada akhir.”

Senyum isyarat “Tetaplah simpan aku dihatimu!”. Satu hal yang tidak bisa aku terima, langkahmu semakin menjauh. Kamu yang bersemayam di lubuk hati, mengundang tangis. Aku hanya memilikimu di jalan si pemilik hati.

***

Mulan selalu suka hari Jumat. Namun minggu ini dia tandai hari jumat sebagai hari paling emosional. Dia  sampai tidak fokus pada langkah kaki.

 

“Apa aku akan seperti ini terus? Ini bukan polos tetapi bodoh. Sudah cukup Fikri Andria Kurniawan mempermainkanku untuk yang kedua kali, tidak bisa dimaafkan.” Mulan menggerutu kesal.

 

Tubuhnya berdiri di tengah jalan bertepatan dengan sepeda motor yang melaju kencang. Motor oleng karena menghindar, hampir saja terperosok ke dalam saluran air tetapi pengendara itu berhasil menahan.

 

Mulan terdiam, bersiap menerima kemarahan. Keringat mengucur, kaki gemetar. “Gadis bodoh. Kamu membahayakan seseorang. Jangan lari pengecut!” membathin.

 

Dari balik helm full face, tatapan mata pengendara mulai mengancam. Mulan memasang badan tegap supaya tidak dikira takut.

 

“Oh Tuhan” batin Mulan menjerit saat dia membuka helm. Mulan tahu berhadapan dengan siapa.

 

“Apa kamu terluka?” dia berbicara lembut, bukan memarahi.

 

“Aku malah khawatir padamu, apa kamu baik-baik saja?”

Apa yang barusan aku katakan? Apa aku berlebihan, haruskah aku koreksi?

Bagaimana tidak canggung, sudah lama kami tidak komunikasi. Sejak SMA, Gugi sekolah di luarkota, sebagian besar keluarganya tinggal disana. Hanya karena Ayah, Ibu dan adiknya masih menetap di sini, setiap libur semester atau libur hari raya dia akan pulang.

 

“Aku dalam keadaan baik. Apa yang sedang kamu lakukan di tengah jalan?” tanyanya sambil mengamatiku.

 

“Tadi aku sedang menghafal naskah dialog untuk pentas. Aku tahu telah melakukan kesalahan. Maaf sudah membawamu kedalam bahaya.” reflek aku membungkukkan badan. Ini efek terlalu banyak nonton drama korea.

 

Mulan tidak siap menerima reaksi Gugi kalau tau Mulan tidak fokus karena memikirkan keburukan mantan. Dia akan jadi bahan ejekan, dapat dipastikan hatinya akan hancur berkeping-keping.

 

“Jangan lakukan lagi! Hampir saja aku menabrakmu. Kamu masih muda tidak perlu memikirkan sesuatu terlalu serius nanti cepat tua!” Gugi khawatir.

 

“Iya, aku mengerti.”

 

“Apa kamu sengaja berdiri di sana karena menungguku? tebakkan saja. Bagaimana jika kita tidak bertemu? Kamu pasti kecewa.” Gugi sengaja menggodanya. Dia tertawa melihat wajah Mulan memerah.

 

“Perlu kamu tahu, aku sudah terbiasa melewati jalan ini. Hanya hari ini saja aku ceroboh.” berusaha membela diri, namun tetap saja gelagapan.

 

“Baiklah kalau tidak mengaku. Berikan nomer ponselmu!”

 

“Untuk apa?”

 

“Sepertinya kakiku sakit. Jika terjadi sesuatu padaku setelah kejadian ini, kamu harus menemuiku.” Gugi mengelus bagian kakinya, menunjukan wajah kesakitan.

 

“Benarkah? Bagaimana kalau sekarang kita ke puskesmas!” Mulan terlihat khawatir.

 

“Gadis serius, aku cuma bercanda. Aku meminta nomermu karena sudah lama tidak komunikasi. Sebutkan nomermu!” Gugi mengelurkan handphone bersiap mengetik.

 

“Nomerku ................. Jika ada apa-apa hubungi saja!”

 

“Terimakasih Mulan. Jangan bengong! Aku pergi.” Dia melambaikan tangan, Mulan bergeming.

 

Tuhan, hari ini aku merasa beruntung bertemu dengan Gugi. Jika berada di lingkungan sunyi, aku akan melompat, berteriak “pria itu milikku” dan memeluk dia sangat erat.

 

Gugi adalah sahabat Mulan sejak kecil. “Aku menyukaimu.” kalimat yang sering Gugi ucapkan ketika bermain bersama, tetapi Mulan merasa tidak perlu memberi jawaban. Dia menganggap kalimat itu gurauan yang akan hilang seiring berjalannya waktu.

 

Ketika beranjak dewasa. Setiap kali melihat Gugi, ternyata kalimat itu sangat berbekas. Namun, tidak ada harapan yang bisa di jemput. Mereka adalah teman lama yang tidak seakrab dulu. Bahkan jarak telah memisahkan.

 

Apakah pertemuan ini akan mengakrabkan kembali pertemanan kita? Aku berharap yang terbaik.

Bisakah kamu mengulang kalimat di masa lalu? Jika aku membalas perasaanmu. Akankah kita bersama?

***

 

Guci, gusi, cuci itu kata yang sering orang dengar, tetapi kata Gugi adalah sebuah nama yang melekat dalam ingatan seseorang.

 

Perjalanan Mulan untuk mendapat hati Gugi tidaklah mudah. Untuk mendapat informasi tentang Gugi, Mulan stalking dijejaring sosial. Berkat informasi itulah dia tahu Gugi tidak punya pacar.

 

Dia juga berperan sebagai mata-mata gadungan. Setiap Gugi liburan, Mulan sengaja berolahaga pagi atau sore hari dengan melewati rumah Gugi.

 

Bahkan pulang sekolah dia rela berjalan dari depan komplek, padahal jaraknya cukup jauh ke arah rumah. Dia sengaja melakukan itu karena jika naik mobil angkutan umum, jalur ke rumah Gugi tidak akan terlewati.

 

Rasa lelah terlupakan ketika melihat Gugi bemain bola basket di halaman rumah, mencuci motor atau sedang berbincang bersama teman bahkan keluarga.

 

Kamu pernah merasakan jatuh cinta bukan? Apa yang kamu lakukan untuk mendapatkan perhatian? Meminta nomer posel? Aku tidak melakukan itu. Mendatangi rumahnya? Aku tidak berani. Mengajak ketemuan di suatu tempat? Aku kurang percaya diri. Menyewa makcomblang? Itu sangat merepotkan. Masih banyak yang bisa dilakukan tetapi aku memilih mencintai diam-diam. 

Gugi adalah sasaran bidikan dari jarak jauh. Apapun yang dia ucapkan dan lakukan rasanya he’s perfect.

 

Hari ini Mulan beraksi lagi. Setelah menunggu satu menit, akhirnya Gugi keluar dari rumah, dia bermain bola basket bersama adiknya.

 

“Hey nak, apa yang kamu lakukan disini?” seorang nenek memergoki Mulan berjongkok dekat bak sampah.

 

“Ini nek, tadi barangku terjatuh di sini."

 

“Barang apa? Bagaimana kalau nenek bantu carikan?”

 

“Tidak perlu nek! Mungkin barangnya sudah dibersihkan pengangkut sampah.” gerak tubuh jadi salah tingkah.

 

“Apa benar tidak apa-apa?”

 

“Iya nek, aku masih punya cadangan dirumah.” dia tersenyum meyakinkan.

 

“Apa barangmu sering terjatuh ditempat ini?” ujarnya. Nenek merasa janggal dengan penuturan Mulan.

 

“Maaf nek, aku harus segera pergi.”  Tanpa menjelaskan lagi, Mulan meninggalkan nenek tersebut.

 

Ini sangat memalukan, apa hanya nenek itu yang mencurigai tingkahku? Atau orang disekitar komplek ini diam-diam memperhatikan aku berjongjok dekat bak sampah. Semoga saja tidak ada yang sadar. Jangan sampai berita buruk ini menyebar, apalagi Gugi tahu. Dia pasti akan menjauh. 

Apakah aku harus berhenti menguntit? Lalu apa yang harus aku lakukan? Tuhan, tunjukan jalan keluar!

 

“Mulan? apa kamu melamun lagi?” seseorang menghentikan langkah Mulan.

 

“Gugi?”

 

Mulan sengaja mempercepat langkah tetapi siapa yang tidak tertarik gadis berbadan tinggi, kulit kuning langsat dan geraian rambut panjang dengan jepitan kecil di atas telinga. Siapapun tidak akan melepaskan pandangan.

 

“Jam segini baru pulang, darimana? Bagaimana kalau hujan, kamu pasti basah kuyup.”

 

“Jika tidak basah namanya bukan kehujanan. Kamu seperti wartawan, lebih cerewet dari Ibuku. Aku baru pulang belajar kelompok di kosan teman. Kenapa?” jawabnya ketus.

 

“Dasar jutek, aku hanya sedikit khawatir. Belajar atau bergosip?” Selidik Gugi, Mulan memamerkan barisan gigi.

 

“Seperti baru kenal saja, Mulan sudah bertemu dengan pacarnya. Lihat wajah bahagia orang yang baru kencan.” Celetukan Bagas membuat suasana hening. Mulan tertawa mencairkan suasana.

 

“Bagas, aku ini masih single jadi tidak ada alasan terlambat pulang karena pacaran.” Mulan mencoba menjelaskan supaya Gugi tidak salah paham.

 

“Pemuda di komplek kita, Yuga, Fathir, a Nikra bukankah mereka gebetanmu. Sungguh gadis jahat tidak mengakui pacar sendiri. Jujur saja!”

 

Anak ini selalu membuatku kesal. Apa aku pernah melakukan kesalahan? Umurnya dua tahun dibawahku tetapi kelakuannya seperti akulah adiknya. Jika dia bukan adik Gugi, akan aku jitak kepalanya.

 

“Pengosip. Malah Aku mendengar kalau kamu mengaku pacarku, apa benar?” tuduhnya, memojokan Bagas.

 

 “Itu mulut orang iseng. Jangan terpengaruh gosip murahan! Aku tidak menyukai perempuan tidak peka. Jika memang gosip itu benar, apa buktinya?” Gugi dan Mulan tertawa melihat ekspresi Bagas yang terpojokan.

 

“Ya aku percaya karena kamu yang mengatakannya. Harusnya kamu juga jangan mudah percaya pada omongan oranglain sebelum menanyakan langsung pada orang yang bersangkutan!” 

 

“Bagas memang suka terpancing gosip anak tongkrongan. Mungkin dia tidak suka mendengar kabar tersebut karena memang menyukaimu, Mulan.” Gugi ikut menjaili adiknya.

 

“Jangan bawa-bawa orang lain! Mengaku saja A kalau suka, apa susahnya.” Bagas menatap Gugi yang terdiam. Mulan tidak berkomentar apa-apa.

 

“Kita adalah sahabat sejak kecil, tidak mungkin pacaran. Iya kan Mulan?” Gugi menegaskan.

 

“Iya.” jawab Mulan tidak semangat.

 

“Mulan sebelum pulang, bisakah kamu mampir ke rumah? Sudah lama kita tidak main game.” mendengar penawaran Gugi, Mulan merasa senang.

 

“Baiklah, jangan menangis kalau aku yang menang!” tantang Mulan.

 

“Kamu belum tau sekarang aku sangat ahli, akan aku tunjukan kehebatanku.” Gugi juga tidak mau kalah.

 

“Kalian sungguh anak-anak kurang bahagia.” Ledek Bagas.

 

“Justru bahagia.” Jawab Gugi dan Mulan serempak, diselingi tawa.

 

Kita sahabat, apa tidak ada kata lain? Pengakuanmu hanya sebatas itu? Jika bisa, aku ingin berhenti menyukaimu! Untuk apa berjuang, jika bertepuk sebelah tangan. Tuhan, apa yang Engkau rencanakan untuk kami? Apa aku tidak boleh tahu bagaimana kehidupan kami selanjutnya? Apa takdirku dengannya atau dengan yang lain?

***

 

Mulan terbaring malas ditempat tidur. Namun dia terperanjat, saat menerima chat dari Gugi.

 

“Mulan, apa kita bisa bertemu? Aku tunggu di dekat pos satpam blok B jam 10 siang nanti!”

 

“Ada apa?”

 

“Aku ada perlu. Kita bicarakan saja nanti. Apa kamu ada acara lain?”

 

“Baiklah, aku akan menemuimu.” Dia segera mengambil handuk, bergegas ke kamar mandi, mengeluarkan pakaian dari lemari, memilih yang akan dikenakan dan menyiapkan alat rias. Kepanikan itu membuat kaki bertalu, menunjukan dia bahagia.

 

Begitulah keributan di jam 7 pagi. Dia menunggu dengan perasaan cemas. Mulan berangkat 1 jam lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan. Gugi datang menghampiri Mulan. Dia tidak sendiri, seorang pria berdiri dibelakang.

 

“Terimakasih sudah datang. Maaf mengganggu waktu istirahatmu.”

 

“Tidak masalah. Ada perlu apa mengajak bertemu?”

 

“Anggap saja kita sedang reuni.”

 

“Seperti mengingat kamu yang menangis ketika aku mengambil mainanmu. Lalu kamu merengek pada Ibu untuk digendong.” Mulan tersenyum jahil.

 

“Jangan mengungkit sikap manjaku! Kenalkan ini Albi, sahabatku.” Gugi merangkul sahabatnya.

 

Apa ini reuni? Kenapa tidak berdua saja layaknya kencan. Dia sengaja mengajak sahabatnya sebagai pihak ke 3, Albi. Sekarang aku berhadapan dengan dua lelaki sekaligus. Jika tau akan seperti ini, aku akan mengajak Fahira sebagai partner.

 

“Mulan, apa kamu ingat pernah bertemu Albi sebelumnya?”

 

“Tidak.”

 

“Akan aku kenalkan, Albi sekolah di SMA Bakti. Dia adalah ketua basket yang berbakat. Albi bilang pernah bertanding di sekolahmu dan kamu termasuk panitia disana. Supaya kedepannya berjalan lancar, aku ingin meresmikan sebuah hubungan.” jelas Gugi.

 

“Meresmikan hubungan apa?” telinga Mulan hampir saja meledak.

 

Tuhan, aku siap. Aku akan menjawab ya. Gugi, katakanlah kamu menyukaiku!

 

“Aku tidak perlu basa-basi. Lebih baik kita percepat saja. Ada seseorang yang menyukaimu. Buatlah hati menerimanya!”

 

“Maksudnya?” Mulan memotong percakapan karena tidak sabar.

 

“Aku kesini membantu Albi mengutarakan perasaan. Dia lelaki baik dan aku yakin tidak mengecewakan. Maukah kamu menerima sahabatku lebih dari teman?” Albi tersenyum, menggaruk kepala yang sama sekali tidak gatal.

 

“Maaf Mulan, tiba-tiba Gugi menyatakan tujuan kedatanganku. Pertama kali bertemu denganmu, kamu sangat menarik perhatian, ceria, penuh semangat dan sangat supel terhadap orang baru. Aku mencari informasi tentangmu. Ternyata kamu tinggal satu komplek dengan sahabatku. Aku menyukaimu. Sehingga Gugi berinisiatif mempertemukan kita.” Albi menatap Mulan, wajahnya berbinar.

 

“Apa ini serius?” Mulan kaget, membuatnya tidak bisa berkata lagi.

 

“Iya Mulan. Apapun keputusanmu akan aku terima.”

 

“Maaf Albi. Rasanya ini pertama kali kita bertemu. Bagaimana jika kita mulai dengan pertemanan? Banyak hal yang perlu kita tau.” jawab Mulan masih tidak percaya dengan penjelasan yang baru saja dia dengar.

 

“Baiklah, aku tidak masalah. Memang lebih baik hubungan itu diawali dengan saling mengenal satu sama lain.” jawab Albi pasrah.

 

“Serius? Aku pikir hari ini kamu berharap Mulan menjadi kekasihmu.” Selidik Gugi.

 

“Perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Aku hanya perlu menunggu Mulan mempunyai perasaan yang sama. Apa aku masih punya kesempatan untuk mengungkapkan perasaan itu lagi?” tanyanya, Mulan tersenyum.

 

“Aku akan mendukung hubungan kalian.” Gugi menepuk-nepuk pundak Albi, memberi semangat.

 

Harusnya aku bahagia ada yang menyukaiku. Dia lelaki baik, ramah dan menyenangkan. Tuhan, apakah Gugi tidak tertarik lagi padaku? Lalu aku harus bagaimana? Sampai kapan menunggu dia yang semakin hari menunjukan ketidakpastian. Gugi sudah melupakan perasaannya. Apa aku juga harus melakukannya?

 

Gugi dan Mulan meninggalkan Albi untuk berbincang. Langkah mereka terhenti tidak jauh dari tempat Albi duduk.

 

“Wajahmu lucu sekali hari ini. Bolehkah aku tahu apa yang kamu pikirkan?” Gugi menggoda Mulan.

 

“Dasar cowok brengsek, tiba-tiba menjodohkan orang.” Mulan mencubit tangan Gugi sampai dia meringis kesakitan.

 

“Memang ada yang salah? Kalian kan sama-sama single.”

 

“Aku mau pergi saja.” Mulan memutar badan, Gugi menghentikan langkah Mulan.

 

“Gadis cuek, tetaplah disini! Jika kamu pergi meninggalkan Albi, akan ku tendang kamu dari bumi.” Gugi memandang serius, menggenggam erat tangan Mulan.

 

“Jika kamu memintaku tetap disini. Sebagai gantinya, kamu boleh pergi! Aku jadi sesak melihatmu.” Mulan kesal.

 

“Aku lega kamu yang memintaku pergi.” Gugi menghembuskan nafas perlahan.

 

 “Jangan bawa perasaan! Aku tidak serius mengatakannya. Tadi aku kesal sehingga mengucapkan kalimat itu. Maaf Gugi.” Mulan seketika luluh saat Gugi begitu tenang menanggapi amarahnya. Dia tersenyum membuat hati Mulan merekah lagi.

 

“Tapi yang aku tahu, kamu adalah perempuan paling serius di muka bumi. Aku akan pergi supaya kalian bisa berbincang. Tetaplah jadi pemilik senyum manis dengan sikap cuek yang tiada tandingannya. Tidak ada lagi gadis sepertimu.” Gugi melepaskan genggaman pada tangan Mulan.

 

“Apa ini yang kamu maksud pujian?”

 

“Bisa dibilang begitu, namun sejak kapan aku pintar memuji. Aku hanya mengatakan kalimat sesuai fakta.”

 

“Gugi, aku belum siap dengan semua ini. Kenapa kamu selalu penuh kejutan?”Mulan menahan dadanya yang tiba-tiba terasa mengganjal.

 

“Karena kejutan itu biasanya sulit dilupakan.”

 

“Jangan terlalu sering! aku sudah banyak terkesan olehmu tetapi saat ini aku tidak suka kejutanmu.”

 

“Kamu boleh marah!”

 

“Aku tidak marah. Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Mulan penasaran apa yang Gugi inginkan, baru kali ini dia ikut campur dalam kehidupan Mulan.

 

“Aku ingin kamu bahagia, selagi bisa maka aku akan melakukannya.” jawab Gugi membuat Mulan tersenyum.

 

“Itu saja? Apa kamu berpikir aku bahagia?” mata mereka beradu.

 

“Aku tidak pernah meminta apa-apa. Mulan, hari ini aku mohon. Jangan kembali ke belakang meskipun kamu bahagia mengingatnya! Namun membuatmu mencemaskan banyak hal. Melangkahlah ke depan! Tidak masalah memulai dari nol, Lebih baik mencoba daripada terpaku pada ketakutanmu yang sebenarnya mampu kamu hadapi!”

 

“Apa maksudmu?” tanya Mulan tidak mengerti.

 

“Kamu akan mengerti. Temui Albi, tidak baik meninggalkan lelaki berperasaan tulus. Akan sulit menemukannya ketika dia memilih untuk meninggalkanmu. Maka sebelum dia menghilang, Jaga dia baik-baik!” Gugi mengelus lembut kepala Mulan. 

 

“Kamu mempercayakanku padanya.”

 

“Iya, aku sangat mengenalnya. Kami bertemu setiap liburan. Dia sahabat baikku bukan saat aku bahagia tetapi dia pandai menghibur sekaligus memberi saran ketika aku berkeluh kesah.”

 

Gugi meninggalkan mereka berdua. Albi terus mengajak Mulan bercengkrama tetapi pikiran Mulan berada jauh dari tempat berpijak. Setiap diajukan pertanyaan Mulan menjawab sekenanya.

***

 

Mulan menyadari kalau perasaan Albi sangat tulus. Ketika dia mendapat masalah, Albi dengan sigap berada di sampingnya. Semenjak pertemuan minggu lalu, Mulan tidak menghubungi Gugi, dia berusaha menghargai perasaan Albi seperti permintaan Gugi.

 

“Saengil chukha hamnida.” alarm ponsel Mulan berdering.

 

“Apa hari ini ada jadwal yang penting?” Albi penasaran.

 

“Tentu saja ada.” Mulan senang mendengar alarm itu.

 

“Memang ada apa?” Albi menyelidiki tingkah Mulan yang langsung berubah.

 

“Sungguh kalian sahabat yang aneh. Bagaimana kalau besok kita adakan pesta?” Mulan sangat bersemangat.

 

“Pesta apa?” Albi tidak mengerti.

 

“Tentu saja pesta untuk merayakan ulang tahun Gugi. Albi, besokkan 11 januari. Hari spesial yang menandakan umur Gugi menginjak 17 tahun. Kita harus membuat kejutan, kamu mau membantu kan?” wajahnya memelas.

 

“Mulan, apa yang kamu pikirkan?” Albi terkejut.

 

“Hanya pesta ulang tahun. Apa kamu tidak setuju?”

 

“Bukan tidak setuju. Bagaimana bisa kita merayakan tanpa Gugi.”

 

“Bukankah libur sekolah belum berakhir? Apa Gugi pulang cepat? Tidak biasanya dia seperti ini.” wajah Mulan berubah kecewa.

 

“Apa kamu sungguh tidak tau?” Albi menerka raut wajahnya.

 

“Ada apa Albi?”

 

Mulan tidak tahu jika liburan semester ini terakhir kalinya Gugi pulang. Kemarin sore keluarganya pindah. Rumah tersebut telah kosong, Mulan berdiri di luar pagar. Albi menemani gadis itu tanpa berusaha meredakan air matanya. Dia tau Mulan sedang melepas beban.

 

Tuhan, apa ini akhir dari kisah kami? Inikah kehendakMu? Aku bahkan tidak mengucapkan salam perpisahan. Bolehkah aku meminta Engkau hadirkan dia sehari saja, akan ku buat dia bahagia walau dalam waktu singkat. Aku ingin merasakan tawa yang menggema saat melihat ekspresiku. Gugi, apa kamu mendengar permintaanku, kembalilah! Pasti kamu punya urusan yang belum terselesaikan, ayo kita selesaikan! Ku mohon suatu hari kamu pulang dan ingat aku!

 

Mulan kesulitan menghubungi ponsel Gugi, jejaring sosial yang dia miliki juga menghilang. Seakan Gugi melarikan diri.

 

“Sekeras apapun usahamu. Gugi sengaja tidak meninggalkan jejak.”

 

“Kenapa?”

 

“Aku tidak tau. Mungkin itu yang terbaik menurutnya.” Albi memberikan pengertian.

 

“Aku kuat! Jika saja Gugi berpamitan mungkin aku akan lebih tenang.” Mulan masih berurai air mata. Albi tidak berkomentar.

 

“Aku tidak mau memikirkannya tetapi otakku terus memaksakan. Bukankah Gugi pergi tanpa peduli padaku. Aku juga harus melakukan hal yang sama.” Mulan tetap bergumam, pipinya semakin menghangat.

 

“Jangan bohongi perasaanmu! Aku menunggu kamu jujur.”

 

“Albi, adakah cara untuk melupakan Gugi? Apa perasaanku adalah sebuah kesalahan? Selama ini aku berharap pada lelaki yang tidak memikirkan perasaanku.”

 

“Gugi tidak pernah melepaskan cinta pertamanya. Ungkapan "Aku menyukaimu” adalah kejujuran tetapi kamu yang mematahkan hati. Namun dia tidak menyerah. Ketika liburan, aku menemaninya mengikutimu, memperhatikan di balik jendela rumah dan banyak hal lagi yang mungkin sangat konyol. Hingga suatu hari, dia bilang ingin melepasmu dengan syarat kamu bahagia. Mungkin Gugi sengaja tidak berpamitan supaya tidak ada yang mencegahnya pergi. Melihatmu hanya menahan dirinya. Maafkan aku karena tidak menceritakan ini dari awal.”

 

Ternyata perasaan Mulan pada Gugi sudah terbalas. Meskipun keadaannya berakhir tidak sempurna, dia sepenuhnya merasa lega.

 

Cintaku terbalas hanya dengan cerita singkat. Apakah itu berkesan? Tentu saja. Dia, kenangan yang tidak dapat aku lupakan. Kamu boleh tidak percaya, ini kisahku dengan pemilik nama unik. Tidak dapat ku jelaskan perasaan apa yang muncul ketika langkah kaki melewati jalan itu, memandang rumahnya. Berharap dia disana, melihatku yang diam-diam juga mengawasi.

 

Aku bahkan ingin memiliki bayangannya disetiap jalan dengan senyum dan lirikan mata tajamnya tetapi itu terlalu egois.

***

 

Gugi, setelah kamu pergi. Sebuah ujian datang padaku. Fahira, sahabat yang aku percaya telah menusuk dari belakang. Kamu tidak akan percaya ini. Dia memberitahu nomer kontakmu. Saking senangnya, aku berkali-kali memeluk Fahira.

 

Aku mengirim pesan dan mendapat balasan. Kejadian itu berlanjut selama tiga bulan, aku semakin merindukanmu. Aku sangat bahagia ketika kamu mengabari akan datang ke sekolah untuk menemuiku.

 

Aku percaya begitu saja, menunggu berjam-jam ditemani Fahira tanpa mengeluh karena aku memang berharap kamu pulang.

 

Hingga pertemuan itu terjadi, seseorang  dihadapanku ternyata pembohong besar. Gugi selama ini aku tidak berkomunikasi denganmu. Aku mengirim pesan pada orang yang salah. Orang yang menemuiku sangat jauh dari ekspektasi. Aku menyampaikan rindu namun sama sekali tidak berpengaruh pada Gugi yang berada di suatu tempat. Fahira ingin aku melupakanmu, namun dengan cara yang salah. Sejak saat itu kami tidak bertegur sapa, pertemanan kami berakhir hingga kami lulus.

 

Tuhan, perasaan ini telah membutakan. Aku benci diri sendiri karena tidak bisa melepaskan Gugi. Padahal Gugi tidak akan kembali, dia sedang memulai kebahagiaan. Aku juga harus mencari kebahagiaanku sendiri.

 

 

Terima kasih

Ini ceritaku... Dilarang copypaste!

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar